"Joe!" Teriakan itu tiba-tiba membuyarkan segala lamunannya. Entah apa yang dipikirkan oleh pemuda itu sambil duduk di sebuah cafe megah di lobby Mall. Akhir-akhir ini pandangannya selalu kosong dengan mimik serius yang terpapar di wajahnya. Segelas Ice Blended Green Tea saja sudah berubah menjadi minuman biasa dengan hiasan krim dan buah cheri diatasnya karena lamanya menunggu.
"Lagi ngapain loe?"
"Eh Nia. Sendirian doang?"
"Iya nih! Kesel, temen yang lain udah pada pulang duluan. Dan gw dijemput setengah jam lagi."
"Oh..."
"Ketus amat sih! Lagi BeTe ya? Senyum dong! Eh, loe belom jawab pertanyaan gue! Ngapain loe disini sendirian? Bole dong temen loe yang perhatian ini nanya ke elo?! Hehehe..." Canda Niara sambil mengisyaratkan ke arah kasir untuk membuatkan minuman yang sama seperti minuman Joe.
"Hm... Gak ngapa-ngapain kok gue. Cuman BeTe aja nunggu di rumah. Haha..." Jawabnya dengan wajah tersenyum seakan-akan terpaksa untuk menjawab.
"Oh... Ok deh klo gitu. Tapi gue ikut duduk disini boleh kan? Abis males nunggu jemputan sih. Hahaha! Bentar ya!"
Nia langsung berdiri dan mengambil serta membayar minuman pesanannya dan kembali duduk di kursi disebrang Joe. Tanpa berbasa-basi lagi, Nia yang sadar akan keadaan mood teman baik sekelasnya itu, langsung mengambil Handphonenya dan memainkan game di Hpnya.
Diam-diam dari kejauhan, seseorang telah memperhatikan mereka semenjak dari awal. Penuh dengan rasa sakit hati, orang itu diam - diam meneteskan air matanya.
***^_^***
Pagi-pagi sekali, seseorang sibuk mendribble bolanya sambil berlari menuju ring basket. Para wanita sekompleks tahu bahwa Joe adalah orang yang atletis, tinggi, tampan, baik dan semua yang diharapkan oleh wanita ada padanya. Joe sangat tidak suka bermain-main dalam maslah asmara.Maka dari itu, Rara mungkin menjadi satu-satunya wanita paling beruntung yang bisa mendapatkan hati Joe. Setiap pagi Rara terus menemaninya dan mendukung Joe. Pagi ini, dia terus menyemangati Joe sambil duduk di kursi taman.
Joe yang telah lelah bermain basket langsung duduk di sebelah Rara. Dengan sabar Rara mengelap semua keringat dan memberi minum Joe. Seakan-akan tidak ada pasangan lain yang seserasi mereka. Rasanya wajar-wajar saja jika mereka dijuluki cinta sejati. Mereka berdua tetap menjaga kekudusan cinta mereka walupun banyak orang yang meledek bahwa mereka tidak pernah melakukan hubungan intim diluar pernikahan.
Rara, walaupun dirinya menjabat sebagai ketua senat di kampusnya, tetap saja meluangkan waktunya untuk Joe. Rara tidak pernah bertindak possesif terhadap Joe. Begitu pula Joe, tidak pernah cemburu terhadap Rara.
Setelah itu, mereka pergi untuk membeli semangkuk ice cream di Mall.
***^__^***
Ferdi, sahabat terbaik yang pernah dimiliki oleh Joe seakan-akan saudara kandungnya, mengikutinya dari belakang dengan mobil. Walaupun ia tahu bahwa Rara curiga akan mobil hitam dibelakangnya, tetap saja ia mengikuti mobil Joe. Terus ia ikuti Joe & Rara sampai mereka menikmati es krim mereka.
"Fer! Udah lama loe nunggu gue?"Sapa Niara.
"Ga kok! Baru aja Ni. Sama siapa aja loe Ni?"
"Sendiri koq! Yaudah yuk! Samperin sekarang aja yuk!"
Niara & Ferdi pergi mendatangi Joe & Rara untuk bergabung.
"Hey bro! Apa kabar loe? Udah lama ga ketemu? Hahaha. Sama siapasekarang? Sama Nia?"
"Gak kok! Eh, sini deh, ada yang mau gue omongin."
Di suatu lorong kecil, Joe langsung menebak pikiran Ferdi.
"Serius banget nih! Mau ngomongin apa sih loe?"
"Joe, kita kan udah temenan semenjak TK. Loe tau kan selama ini ada yang mengganjel di hati gw?"
Joe mengangguk
"Joe, gw sayang loe, tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi, perasaan itu sekarang berubah! Gw Suka sama loe!"
Joe terdiam masih tercengang oleh katakata Ferdi.
"Elo, maksud gw, kamu sadar kan kalau mataku mata serius?"
"Fer, Gue emang sayang sama elo! Tapi sebagai kakak! Pikir sama loe! Ini yang elo mau?" Bentak Joe.
"Tapi..."
"Nggak ada tapi-tapian! Sekarang, gue anggap ini sebagai kesalahan. Gw ga akan pernah ingat ini adalah sebuah kejadian!"
Begitu Joe mau meninggalkan Ferdi, tiba-tiba saja Ferdi menarik tangan Joe, memeluknya,dan menciumnya tepat di bibir. Seorang wanita yang tidak sengaja lewat & melihat langsung lari sambil menyeka air matanya. Suatu kesalahan bagi Rara jika pernah mencintai pria yang bercumbu asmara dengan pria lain.
Joe langsung mendorong Ferdi dan pergi menjauh...
***^___^***
Rara tak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Handphonenya langsung dimatikan setelah SMSnya untuk Joe.
"Aku memang percaya sama kamu, tapi aku ga suka sama cara kamu yang diam-diam selingkuh dibelakangku. Aku ingin sekali percaya apa yang aku lihat bukanlah kenyataan. Tetapi sekarang aku sudah yakin oleh perkataan seseorng yang aku tidak percaya. Tapi sekarang, aku udah nggak mau ketemu kamu lagi! Kalau kamu masih mau mencoba mendekati aku lagi, aku nggak akan memaafkan diriku atas kelahiranku karena telah mengenalmu."
Rasanya dunia hancur dalam hitungan detik. Rara menangis sekencang-kencangnya di dalam kamar. Semua terkunci. Bahkan ibu kost juga tidak bisa menenangkan hati Rara. Yang ia bisa lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan.
***^____^***
Joe masih shock karena kejadian tadi. Ia pergi ke sebuah cafe di Mall. Dia sayang Ferdi, tetapi Dia yakin itu adalah suatu kesalahan. Niara yang duduk disebrangnya masih asik bermain game.
"Nia, loe udah tau semua kejadian ini kan? Kok elo tega sih sama gue?"
"Hehehe... Ketauan gue... Sekarang gini deh, Gw ga mau orang yang selama ini gw sayang menjadi sedih! Selama ini, Ferdi selalu cerita tentang loe. Semenjak kecil kalian selalu bersama. Sadar gak kalau dia gak bisa hidup tanpa loe?! Dan Dalam hitungan detik elo gituin dia? Gw ga terima! Gw rela kehilangan dia asal dia bahagia. Sadar Joe! Dengan kata lain, gw cemburu sama loe."
Joe langsung terdiam dan merenung.
"Udah, ga ada jawaban? Tenang aja, ga ada ferdi kok di sini. Mau ngapain aja terserah loe!"
"Nia, selama ini gw juga sadar klo gw sayang dia. Tapi Gw ga mau kejadiannya kayak gini! Gw ga tau Nia!"
"Tau ga kenapa loe kaya gini? Karena dalam hati loe, elo juga cinta Ferdi kan dan malah menganggap Rara itu ade loe iya kan?!"bentak Nia.
"Diam loe! Loe nggak tau apa-apa kan tentang hidup gw?" Joe langsung berdiri bersiap diri untuk pergi.
"Terserah loe mau sangkal apa nggak, itu bukan urusan gw. Sekarang, gw mau elo minta maaf sama Ferdi."
"Sejak kapan loe tau dia suka gue?"
"Semester dua."
Lalu Joe pergi dan meninggalkan wakil ketua senat itu sendirian.
***^_____^***
Waktu pulang, Joe tidak bisa lagi membedakan yang benar dan salah. Mungkin selama ini benar kata Nia. Dia memang menyukai sesama pria dan baru sadar akan hal itu. Di rumah, dia menulis tiga pucuk surat dan menyimpan. Dengan berteteskan air mata, ia mencurahkan semua itu kedalam kertas.
Benar saja, seminggu kemudian, tepat hari ulang tahunya, Joe dikabarkan mengalami suatu kecelakaan dan keadaannya sudah tak tertolong lagi. Begitu akan dirapikan ke dalam peti jenazah, Di dalam dompetnya tertulis :
"Bapa,
Pa, aku sadar kalau aku udah dikasih berbagai berkat olehMu ya Pa. Aku mau minta maaf kalau hari ini aku udah berpikir yang nggak-nggak. Aku tau kalau Bapa udah ngeciptain wanita untuk Pria. Aku tau kalau dunia ini udah makin nggak bener lagi. Bapa, tolong Ferdi. Tolong kami anak-anakmu dalam menghadapi masalah ini. Aku tahu kalau Bapa akan segera memanggilku, tapi izinkanlah aku berbuat baik sebelom aku pergi ya Bapa. Makasih ya Pa.
Amin."
***^______^***
Sore hari, waktunya matahari untuk pergi. Rara masih saja termenung dalam kamarnya sambil memandangi foto Joe sambil mengingat semua kenangan yang ada. Tanpa sadar, Mbok Iyem membuka pintu kamar Rara secara perlahan. Dengan baik - baik, mbok menyemangati non dengan sabar dan menaruh sepucuk surat yang ditujukan kepada Rara. Dengan perlahan Rara membuka amplop tersebut dan mulai menangis.
"Untuk cintaku Rara.
Ra, udah berhari-hari perasaanku kacau semenjak ku mendengar dan melihatmu lari dari ujung lorong itu. Aku juga udah ngebaca SMSmu. Memang apa yang kau lihat itu benar-benar terjadi dan aku menyayanginya. Dan aku memang menyayanginya. Tapi, Hanya kamulah cintaku. Tuhan mengutus Hawa untuk Adam. Dialah yang mengirimmu untukku. Aku tidak ingin semua yang sudah kita alami dan rencanakan berantakan begitu saja. Tapi sekarang, aku sadar kalau ajalku sudah dekat. Aku hanya ingin dua hal darimu. Pertama, aku ingin kamu untuk mencari pengganti diriku. Yang kedua, aku ingin kamu tahu bahwa di hidupku, hanya ada...
Kamu..."
Rara menangis sambil menatap keluar jendela. Dilihatnya seseorang berpakaian serba hitam berbicara kepada si mbok. Rara hanya bisa terpana dan dengan tatapan pasti akan melakukan permintaan terakhir Joe.
***^_______^***
Pagi-pagi sekali, Ferdi sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Setelah seminggu merenung, akhirnya ia mempersiapkan tali tambang untuk menggantung dirinya. Untungnya, Pak Hasan datang dan memberikan selembar amplop untuk Ferdi dan menginformasikan bahwa Joe sudah tiada. Sambil menahan amarahnya, ia berterima kasih kepada Pak Hasan dan menutup pintu keluarnya. Tiba - tiba saja tempat kost yang kecil itu dipenuhi oleh jeritan yang sangat menyakitkan. Sambil meneteskan air mata, surat itu dia baca perlahan - lahan.
"Untuk saudaraku Ferdi,
Fer, Gue ngaku kalau gue emang udah salah untuk bersikap kasar sama elo. Tapi gw pengen loe tau kalo gw ngelakukan itu semua juga demi elo! Masa depan loe masih panjang Fer! Jangan buta! Ada Niara yang mencintai elo kok Fer! Emang perasaan hati loeudah dibutain ma iblis, tapi gue yakin elo bisa! Tuhan udah ngasih banyak berkat sama loe Fer! Dia udah ngasih loe cewe! Dia mau elo punya ketutunan! Hahaha... Rasanya lucu kalau nginget lagi dulu kita pernah maen-maen... Hehe... Gw juga mau lihat loe seneng kok Fer! Ok?! Semangat ya... Bapa mau kok pake elo...
Cheers..."
Setelah membacanya dan berpikir sejenak, Ferdi memutuskan untuk mengakhiri semua itu dan memulai lembaran baru dalam hidupnya.
0 comments:
Post a Comment